Hiruk pikuknya
kehidupan dunia, dan sibuknya manusia bekerja, sering membuat kebanyakan orang
melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah, yakni meninggalkan sholat dengan
alasan sibuk kerja.
Realita menyedihkan
seperti ini banyak kita jumpai dimana-mana. Para petani sibuk dengan sawah
ladangnya. Para pegawai sibuk dengan tugasnya. Para guru sibuk mengajar. Para
pekerja ringan dan berat sibuk dengan pekerjaannya. Ibu rumah tangga sibuk
dengan tugas rumah. Para pedagang sibuk dengan jual-belinya. Intinya, banyak
diantara mereka yang terlena dengan dunia dan aktifitasnya, lalu lupa dengan
sholatnya dan sujudnya di hadapan Allah. Padahal suara adzan dan waktu sholat
telah tiba.
Parahnya lagi, ada
diantara mereka yang tidak lagi mengerjakan sholat lima waktu, bahkan sholat
jum’at pun ditinggalkan sampai hampir saja kita tak mengenalnya sebagai seorang
muslim, karena ia tak pernah menunaikan sholat. Realita pahit ini anda
bisa lihat di pasar-pasar, mall-mall, kantor-kantor dan lainnya; banyak
diantara orang yang mengaku muslim, tapi tak sholat jum’at.
Orang yang seperti ini
berhak memperoleh ancaman yang disebutkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam- dalam sabdanya,
مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا
طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ
“Barangsiapa yang
meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, karena ia meremehkannya, maka
Allah akan menutup hatinya”. [HR. Abu Dawud
(no. 1052), At-Tirmidziy (no. 500), dan An-Nasa'iy (no. 1368). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (no.
727)]
Seorang yang telah
tertutup hatinya akan susah menerima nasihat, dan tidak akan mendapatkan
hidayah. Bahkan terkadang nasihat dianggap celaan, kebaikan dianggap keburukan;
atau sebaliknya. Orang yang suka meninggalkan sholat jum’at dan sibuk dengan
urusan dirinya akan mudah terseret menuju lembah kemunafikan. Inilah yang
disinyalir oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah
sabdanya,
مَنْ تَرَكَ الْجُمْعَةَ ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ
عُذْرٍ فَهُوَ مُنَافِقٌ
“Barangsiapa yang
meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, tanpa ada udzur, maka ia adalah
munafik”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya
dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Lihat Shohih
At-Targhib (1/451)]
Seorang yang
meninggalkan sholat, baik itu sholat wajib lima waktu, maupun sholat Jum’at,
akan terancam kafir. Sebab jika mudah melanggar dan meninggalkan hak Allah
(yakni, sholat), maka ia akan mudah melakukan pelanggaran sebagaimana hal ini
terlihat dalam realita.
Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- mengancam orang yang meninggalkan sholat,
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ
الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara
kami dengan mereka (kaum munafik) adalah sholat. Barangsiapa yang
meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir”. [HR. At-Tirmidziy (2621), An-Nasa'iy (462), dan Ibnu Majah
(1079). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij
Al-Misykah (no. 574)]
Seorang ulama tabi’in,
Abdullah bin Syaqiq Al-Uqoiliy -rahimahullah- berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ شَيْئًا مِنْ الْأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ
غَيْرَ الصَّلَاةِ
“Dahulu para sahabat
Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- tidaklah memandang suatu amalan sebagai
kekafiran karena meninggalkannya, selain sholat”. [HR. At-Tirmidziy (no. 2622). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ats-Tsamr Al-Mustathob (1/52)]
Ulama Negeri India,
Al-Imam Al-Mubarokfuriy -rahimahullah-
berkata, “Bahkan ucapan Abdullah bin Syaqiq ini berdasarkan
lahiriahnya, menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam- dahulu meyakini bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Yang tampak
dari konteks ini bahwa pernyataan ini telah disepakati oleh para sahabat”. [Lihat Tuhfah
Al-Ahwadziy (7/406)]
Ini merupakan ancaman
keras bagi orang-orang yang malas menunaikan sholat; ia diancam dengan
kekafiran, Na’udzu billah. Di hari kiamat nanti ia akan dikumpulkan bersama
para pembesar kekafiran. [Lihat Ats-Tsamr Al-Mustathob (hal.
52-53)]
Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا
وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ
يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
“Barangsiapa yang
memelihara sholatnya, niscaya sholatnya akan menjadi cahaya, hujjah, dan
keselamatan baginya di hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia
tak akan memiliki cahaya, hujjah, dan keselamatan. Di hari kiamat kelak akan
bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubaiy bin Kholaf”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/169),
Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (no. 2/301), Ath-Thohawiy dalam Al-Musykil (no.
3180 & 3181), dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no.
1467). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij
Al-Misykah (no. 578)]
Orang yang suka
meninggalkan sholat akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama Qorun yang
dilalaikan oleh hartanya, Fir’aun yang dilalaikan oleh kekuasaannya, Haman yang
dilalaikan oleh ilmu dunianya. Karena banyak diantara manusia yang meninggalkan
sholat akibat ia dilalaikan oleh kekuasaan, harta, dan ilmu pengetahuannya!!!
Banyak orang yang
meninggalkan sholat demi meraih keuntungan dunia yang semu sehingga seakan
dunia adalah tujuan akhirnya. Padahal dunia hanyalah persinggahan sementara,
lalu kita akan melanjutkan perjalanan menuju akhirat, dan sebelumnya kita akan
disambut oleh alam kubur.
Sedang sebaik-baik
bekal ketaqwaan seorang hamba muslim di alam kubur dan di akhirat adalah
sholatnya. Sholat ini jika dibandingkan dengan dunia dan segala isinya, maka
dunia tak ada nilainya.
Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda saat melewati sebuah kubur,
رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ
دُنْيَاكُمْ
“Dua raka’at lebih
dicintai oleh penghuni kubur ini dibandingkan seluruh dunia kalian”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Awsath (no.
907). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no.
1388)]
Para pembaca yang
budiman, bila anda mau mengetahui nilai Islam dan kecintaan seseorang
kepadanya, maka lihatnya kepada sholatnya.
Al-Imam Ahmad bin
Hambal Asy-Syaibaniy -rahimahullah-
berkata, “Hanyalah bagian mereka dari Islam sesuai bagian mereka dari
sholat. Kecintaan mereka terhadap Islam adalah berdasarkan kadar kecintaan
mereka terhadap sholat. Kenalilah dirimu –wahai hamba Allah-. Waspadalah jangan
sampai anda bertemu dengan Allah -Azza wa Jalla-, sedang Islam tak ada nilainya
di sisimu, karena nilai Islam dalam hatimu seperti nilai sholat dalam hatimu”. [Lihat Al-Qoul
Al-Mubin fi Akhtho' Al-Mushollin (hal. 14)]
Banyak diantara
manusia yang melalaikan sholat, lebih betah duduk berjam-jam di café dan
warung, lebih bersabar melakukan upacara bendera, lebih kuat kakinya berdiri
melayani para pembeli dibandingkan sholat sepuluh atau lima belas menit. Dia
tak mengenal sholat, kecuali di hari jum’at, atau hari raya. Adapun
sisa-sisa hari dan umurnya, maka ia habiskan untuk dunianya. Seakan-akan ia
adalah hewan ternak yang hidup bebas, tanpa beban dan tanggung jawab di hadapan
pemiliknya.
Dahulu sholat adalah
sesuatu yang amat berharga di sisi para sahabat dan pengikutnya yang setia
sampai mereka amat menyesal jika tertinggal sholat jama’ah. Tak ada dalam
lembaran sejarah mereka bahwa ada diantara mereka yang meninggalkan sholat.
Itulah generasi terbaik yang menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Kemudian muncullah di
zaman ini generasi pelanjut yang amat buruk. Generasi ini melalaikan sholat,
dan memperturutkan hawa nafsunya. Inilah yang disinyalir oleh Allah dalam
firman-Nya,
“Lalu datanglah
sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya. Karenanya, mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maka mereka itu akan
masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (QS. Maryam : 59-60)
Bila sholat saja
mereka sia-siakan, maka pasti mereka akan lebih menyia-nyiakan kewajiban lain.
Karena sholat adalah tiang agama, dan pilarnya serta sebaik-baik amalan para
hamba. Mereka (generasi pelanjut ini) menuju kepada keinginan-keinginan dunia
dan berbagai kelezatannya, serta akan ridho (puas) dengan dunia dan merasa
tenang dengannya. Mereka itulah kelak akan menemui kerugian di akhirat. [LihatTafsir
Ibnu Katsir (5/243)]
Seorang yang
meninggalkan sholat akan tersesat jauh dari petunjuk agama dan segala kebaikan
yang bermanfaat baginya di akhirat. Dia lebih senang mengikuti selera dan
keinginannya. Waktunya banyak terbuang untuk perkara yang sia-sia, bahkan dalam
maksiat. Karenanya, mereka lebih senang menghabiskan waktunya di depan televisi
untuk menonton tayangan-tayangan haram ala pamer aurat. Mereka rela
meninggalkan sholat demi menyaksikan pertandingan sepak bola yang dilakoni oleh
kesebelasan idola mereka.
Meninggalkan sholat
merupakan sebab jauhnya seseorang dari kumpulan orang-orang baik, lalu pada
gilirannya memilih bergabung bersama orang-orang bejat, durhaka, atau bahkan
kafir. Merekalah kelak yang akan menemui kerugian dan penyesalan di dalam
neraka. Allah -Ta’ala- berfirman menjelaskan sebab hamba masuk Neraka
Saqor,
“Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (QS. Al-Muddatstsir : 42-43)
Para pembaca yang
budiman, salah satu akibat yang akan diterima oleh orang yang meninggalkan
sholat, hatinya akan ditutup oleh Allah, dan pada akhirnya ia akan berubah
menjadi munafik. Kalaupun ia sekali-kali sholat (misalnya, di hari jum’at atau
hari raya), maka ia tak sholat karena mencari pahala dari Allah, tapi hanya
untuk setor muka alias cari-cari muka agar orang lain tahu bahwa ia juga sholat.
Sungguh sial orang
seperti ini!! Ketika di dunia ia diajak dan disuruh sholat, ia enggan dan lebih
senang berleha-leha dan menghabiskan waktu dibandingkan menjawab panggilan
adzan, tapi kelak nanti ia akan dihinakan. Allah -Azza wa Jalla-
berfirman,
“Pada hari betis
disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; Maka mereka tidak mampu
(untuk bersujud), (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka
diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru
untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera”. (QS. Al-Qolam : 42-43)
Ini merupakan perintah
yang mengandung kecaman bagi orang yang meninggalkan sholat. An-Naqqosy -rahimahullah-
berkata, “Hal itu bukanlah pembebanan bagi mereka untuk bersujud,
sedang mereka tak mampu, tapi itu adalah kecaman bagi mereka akibat mereka
meninggalkan sujud (yakni, sholat saat ia di dunia)”. [Lihat Zaadul
Masir (6/62)]
Hal ini menjelaskan
kepada kita bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar yang akan mendapatkan
hukuman berat di sisi Allah. Lantaran itu, hendaknya para pemalas itu sadar dan
bertobat, lalu bersegera menunaikan sholat, karena mencari ridho Allah, bukan
mencari perhatian manusia.
Ibnu Hazm Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata, “Tak ada dosa
setelah syirik yang lebih besar dibandingkan meninggalkan sholat sampai keluar
waktunya, dan juga membunuh seorang mukmin, tanpa haq”. [Lihat Al-Kaba'ir (hal.
14), karya Adz-Dzahabiy, dengan tahqiq Samir bin Amin
Az-Zuhairiy, cet. Maktabah Al-Ma'arif, 1421 H]
Terakhir kami
nasihatkan kepada seluruh kaum muslimin agar selalu memperhatikan sholatnya. Sesibuk
apapun, jangan lupa sholat!! Latihlah anak-anak kalian menunaikan
sholat. Perintahkanlah orang-orang yang ada di bawah asuhanmu untuk mengerjakan
sholat, dan wasiatilah mereka agar selalu sholat. Janganlah anda membiarkan
mereka lalai dan meremehkan sholat, karena ini adalah tanggung jawab kita
bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar