Oleh : Ustadz Ibnu Yunus -hafizhahullah-
Berikut
ini adalah nasehat yang indah serta faedah yang tak ternilai harganya yang
disampaikan oleh Syaikh (Professor) Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily, – Semoga
Allah menjaga beliau – ,guru besar aqidah pada Universitas Islam Madinah,
Kerajaan Saudi Arabia, yang disampaikan oleh beliau sebagai arahan dan nasehat
bagi seluruh kaum muslimin dan secara khusus kepada para pemuda Ahlus Sunnah.
Kami nukilkan dari buku tulisan beliau yang berjudul
”
النصيحة فيما يجب مراعاته عند الإختلاف و ضوابط هجر
المخالف و الرد عليه “
(Nasehat
tentang perkara-perkara yang wajib untuk dijaga ketika terjadi perbedaan
pendapat serta kaedah-kaedah dalam memboikot ahlul bidah dan membantah mereka )
, cetakan pertama, penerbit Daaru Al Imam Ahmad,1424 H/ 2003 M. Selamat
menyimak dan semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan bagi kita untuk dapat
mengamalkan nasehat-nasehat indah tersebut,amin.
Berkata
Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily – semoga Allah Ta’ala menjaga beliau- :
Aku
menutup nasehat ini dengan beberapa arahan yang lembut serta faedah yang banyak
yang menurut pendapatku dengan mengamalkannya (kita) akan mendapatkan pahala
yang besar serta kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Aku mengajak
saudara-saudaraku untuk mengamalkan dan menjaganya, secara khusus pada
zaman-zaman sekarang ini. Zaman dimana fitnah merajalela, hawa nafsu memimpin,
serta kejahilan yang menyebar di tengah-tengah manusia, kecuali orang-orang
yang mendapatkan rahmat Allah dan petunjuk-Nya.
1.
Ketahuilah, saudaraku Ahlus Sunnah, sesungguhnya jika engkau adalah seseorang
yang senantiasa berkomitmen (berpegang teguh) kepada As Sunnah (Sunnah
Rasulullah Shollallahu alaihi Wasallam) dengan benar , maka tidak akan
memberikan mudhorat (kerusakan) kepadamu tipu daya penduduk bumi ini dan tidak
akan mengeluarkanmu dari As Sunnah tuduhan mereka kepadamu dengan bid’ah.
Namun
jika engkau di atas penyimpangan dan kesesatan – Aku memohon perlindungan
kepada Allah bagimu dari perkara tersebut-, maka tidak akan bermanfaat disisi
Allah pujian manusia kepadamu dan penyandaran (penisbahan) dirimu kepada Sunnah
serta pengagungan mereka terhadapmu dengan julukan-julukan (gelar) yang palsu.
Sesungguhnya
Allah Maha Tahu akan keadaan (diri)mu apa yang engkau tahu ada pada dirimu
sendiri. Maka berhati-hatilah dari menipu diri sendiri.
Dan
cukuplah bagimu sebagai peringatan dari keadaan (seperti) itu wasiat Rasulullah
Shollallahu alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas- Semoga Allah meridhoi beliau.
(Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzy (no. 2516) dan Imam Ahmad (no.
2669)). Dan hadits tentang tiga orang yang pertama kali api neraka akan
dinyalakan
bagi mereka pada hari kiamat.(Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim
(no. 1905)).
2.
Ketahuilah, bahwa para ulama Ahlus Sunnah yang kokoh keilmuannya, mereka
tidaklah mencapai apa yang telah mereka capai dari kedudukan yang tinggi dalam
agama serta ketokohan kecuali dengankesabaran dan keyakinan,bersama
dengan taufik (hidayah) dari Allah Ta’ala.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan
Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
Kami.”(QS As Sajadah :24).
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah – rahimahullah Ta’ala- berkata :
“Dengan
kesabaran dan keyakinan akan diraih ketokohan dalam Agama.”
Dan keyakinan adalah kekuatan
dalam ilmu yang dibangun di atas dalil yang shohih (kuat) dan pemahaman yang
selamat. Bukan (seperti) apa yang diridhoi oleh sebahagian penuntut ilmu
untuk dirinya yang mana mereka mencukupkan bagian mereka dari ilmu dengan
taklid kepada seorang alim atau penuntut ilmu. Dan dengan klaim bahwa kebenaran
hanya ada pada mereka dan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang
sunnah selain mereka.
Dan kesabaran adalah keteguhan
dalam menuntut ilmu yang disertai dengan beramal dengannya dan menyibukkan
waktu sepanjang malam dan siang dengan perkara tersebut. Berbeda dengan
sebahagian orang yang lemah semangat (tekadnya) dalam perkara tersebut lalu ia
memilih untuk bersantai dan justru nenyerahkan dirinya kepada syahwat hawa
nafsunya. Tidak ada semangat untuk menuntut ilmu dan tidak ada pula semangat
untuk beramal.
3.
Ketahuilah, bahwa pengkafiran, pembidahan, dan penetapan kefasikan adalah
wewenang (hak) Allah. Maka hati-hatilah dari mengkafirkan atau mebid’ahkan atau
memvonis fasik seseorang yang tidak berhak mendapatkannya. Meskipun ia
mengkafirkan engkau, membid’ahkanmu, atau memvonismu fasik. Karena sesungguhnya
ahlussunnah tidak membalas kezholiman orang-orang yang menyelisihi mereka
dengan kezoliman pula. Hanyalah hal ini merupakan ciri dan sifat ahlul bid’ah.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
“Kelompok
sempalan khawarij memvonis kafir ahlussunnah demikian pula dengan mu’tazilah,
mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka. Demikian pula dengan
golongan rafidhoh. Dan siapa yang tidak mereka kafirkan maka mereka memvonisnya
dengan kefasikan. Adapun ahlussunnah maka mereka mengikuti kebenaran yang
datang dari Rabb mereka yang telah dibawa oleh Rasulullah shollahu ‘alaihi
wasallam. (Namun) mereka tidak mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam
perkara tersebut. Justru mereka lebih mengetahui tentang kebenaran dan lebih
menyayangi seluruh makhluk”. (Minhajus Sunnah 5/158)
4.
Janganlah engkau memboikot saudara-saudaramu yang memboikotmu jika memboikotnya
tidak disyari’atkan. Akan tetapi segeralah mendahuluinya dengan salam dan
bersikap lembut kepadanya, serta hilangkanlah darinya syubhat (kesamaran) yang
karenanya ia memboikotmu. Jika ia berpaling setelah itu maka janganlah engkau
menyakini dengan hatimu pemboikotan terhadapnya dan jangan sibukkan dirimu
untuk menggolong-golongkannya. Engkau telah lepas (bebas) dari dosa memutuskan
silaturrahmi dan dialah yang mendapatkan hukuman (dosanya).
5.
Celaan manusia terhadap dirimu, baik berupa celaan pada diri pribadimu , maupun
dengan penyandaran kepada dirimu suatu kebatilan yang menyelisihi perkataan
Ahlussunnah; maka apa yang merupakan celaan pada diri pribadimu seperti
perkataan orang yang menyelisihimu : “(engkau) Orang yang sesat, jahil (bodoh),
tidak memahami”, maka janganlah engkau membela-bela dirimu. Sebab jika engkau
melakukannya maka engkau akan terjerumus kedalam bentuk pensucian diri yang
padanya terdapat kebinasaan yang nyata. Seseorang pernah mencela seorang tokoh
terkemuka dari para salaf dengan suatu kalimat. Maka tokoh tersebut hanya
menjawab : “Engkau tidak terlalu jauh”
Dan
adalah ahlul bid’ah mensifatkan ulama ahlussunnah dengan tuduhan-tuduhan besar
dan keji namun mereka (para ualama ahlus sunnah) tidak memperdulikan hal
tersebut. Dan mereka (para ulama ahlussunnah) hanyalah membantah dalam apa yang
mereka (ahlul bidah) terjerumus pada kesalahan dalam perkara agama dan
memberikan nasehat kepada ummat. Maka bagi kita terdapat suri tauladan yang
baik pada diri mereka (para ulama).
Adapun
jika mereka menyandarkan kepadamu suatu perkataan batil misalnya dikatakan :
“Si fulan berkata begini dan begitu” yang kemudian disandarkan kepadamu apa
yang tidak engkau katakan maka tolaklah itu darimu agar tidak disandarkan
kepadamu suatu kebatilan.
Dan
senantiasa para ulama memberikan bantahan terhadap apa yang disandarkan kepada
mereka dari perkataan-perkataan yang tidak mereka katakan. Dan ini bukanlah
bentuk mensucikan diri sama sekali. Bahkan dari bentuk nasehat kepada ummat.
Berbeda antara bentuk yang ini dengan bentuk yang sebelumnya. Maka berpegang
teguhlah dengan petunjuk para ulama dalam perkara ini. Dan janganlah engkau
seperti sebagian orang jahil yang jika dikritik dengan satu kalimat maka ia
akan memenuhi dunia ini dengan pujian dan pengagungan terhadap dirinya. Semoga
Allah melindungi kita dari kehinaan.
Dan
yang terakhir,
Ketahuilah
bahwa manusia menjadi besar dengan apa yang ada pada mereka dari amal
(perbuatan). Maka jika engkau diatas sunnah maka engkau setiap hari akan
menjadi besar dengannya. Dan tidaklah berlalu hari-hari hingga engkau (suatu
saat) akan menjadi imam (tokoh) didalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
:
“Dan
Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
Kami.”(QS As Sajadah :24)
Dan
jika engkau diatas bid’ah maka engkau setiap hari akan menjadi besar dengannya
pula. Dan tidaklah berlalu hari-hari hingga engkau (suatu saat) akan menjadi
imam (tokoh) didalamnya.
Allah
berfirman :
“Katakanlah
: “Barangsiapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Allah yang Maha
Pemurah memperpanjang tempo baginya .”(QS Maryam : 75)
Dan
Allah juga berfirman tentang Fir’aun dan kaum (pengikut)-nya setelah Allah
mensifatkan mereka dengan sifat menyombongkan diri tidak pada tempatnya.
“Dan
Kami menjadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka.”(QS
Al Qashash : 41)
Maka
pilihlah untuk dirimu dari amalan hari ini apa yang engkau harapkan akan
menjadi imam (tokoh) padanya di hari esok nanti.
Demikianlah
dan hanya Allah yang Maha Tahu.
Semoga
shalawat dan salam serta keberkahan tercurah kepada hamba Allah dan Rasul-Nya;
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ditulis
oleh : Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili.
Keterangan
:
Kami
membawakan materi pembahasan ini karena melihat betapa pentingnya nasehat yang
beliau sampaikan ini bagi kita seluruhnya. Khususnya dalam menyikapi fenomena
dan kenyataan yang terjadi dalam dakwah ahlus sunnah di Indonesia secara umum
dan di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya pada akhir-akhir ini. Padahal Syaikh
Ibrahim telah menuliskan nasehat tersebut sejak tahun 1424 H / 2003 M.
Ketenangan dalam dakwah serta semangat dan antusiasme dari kaum muslimin
terhadap dakwah, merupakan ciri yang dikenal dan dirasakan oleh kaum muslimin
secara umum dan dikalangan para masyaikh dan para penuntut ilmu yang datang ke
wilayah ini secara khusus. Tentu saja ini semata adalah berkat taufik dan
rahmat Allah Ta’ala, kemudian nasehat dan arahan para masyaikh serta kesabaran
dari para asatidz –semoga Allah menjaga mereka seluruhnya – demikianlah
persangkaan kami dan hanya Allah yang menghisab mereka. Dan tentu saja semua
anugerah dari Allah tersebut haruslah senantiasa kita syukuri dan kita jaga.
Maka harapan kami mudah-mudahan dengan mengamalkan nasehat-nasehat tersebut
kita bisa menjaga nikmat berjalan di atas Sunnah dan nikmat ketenangan dalam
dakwah di atasnya. Amin yaa Mujiibas saailin.
Sebagai
tambahan ilmu bahwa Syaikh Rabi bin Hadi bin Umair Al Madkholy – semoga Allah
Ta’ala menjaga beliau – menyebutkan dalam kitab beliau :
بيان لما في نصيحة إبراهيم الرحيلي من الخلل و الإخلال
Penjelasan
terhadap apa yang terdapat pada kitab “Nasehat” karya Ibrohim Ar ruhaily
dari kekurangan dan pengabaian . Penerbit Miraatsun Nabawy,tahun 1433 H / 2012
M
Bahwa
Syaikh Robi berkata :
“…
Kemudian Dr. Ibrahim menutup nasehat-nasehat tersebut dengan wasiat-wasiat yang bagus
(jayyidah). Aku memohon kepada Allah agar memberikan taufik kepadanya
untuk mewujudkan nasehat tersebut dengan sebaik-baiknya. Dan agar Allah
memberikan taufik kepadanya dalam mengambil sikap yang benar terhadap apa yang
terkandung dalam nasehat beliau dari kesalahan-kesalahan ilmiah. “ selesai.
Dan
sungguh benar ucapan Syaikh Rabi tersebut dan beliau sungguh telah menasehati.
Dan sungguh kita semua layak dan sangat membutuhkan nasehat dari Syaikh Ibrahim
tersebut untuk kita amalkan dalam kehidupan kita. Semoga Allah Ta’ala
senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan ahlus sunnah wal jamaah di atas
Kitabullahi Ta’ala Al Mubin dan Sunnah Rasulullah –Shallallahu alaihi wasallam –
Al Amin .
Demikianlah,
apa yang ada pada tulisan ini dari kebenaran maka sesungguhnya datangnya dari
Allah jua. Dan apa yang salah dan keliru adalah dari diri kami dan dari
syaitan, Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dan kami memohon ampun kepada Allah
dan bertaubat hanya kepada-Nya.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و التابعين لهم
بإحسان الى يوم الدين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar