Ustadz Abdul Mu'thi: 5 Sifat Teman yang
Baik
(Semua tentang Ukhuwah II)
(Semua tentang Ukhuwah II)
Orang yang bersaudara bukan karena Alloh, maka dia tidak akan
mempedulikan tuntunan Alloh. Dia bersahabat karena kefanatikan, selain Alloh
subhanahu wa ta'ala.
Maka hendaknya kita meminta kepada Alloh, karena Alloh maksudkan
dalam persahabatan itu diniatkan "hanya mendapatkan keridhoan Alloh".
Bukan kita bersahabat karena dia kaya, punya jabatan.
Di dalam syariat Alloh, kita dilarang membabi buta dalam
persaudaraan.
Baik dan buruknya kita, ditentukan oleh siapa yang kita dekat
dengannya. Maka pilihlah teman yang mendekatkan diri kita kepada Alloh. Sebab,
teman itu berpengaruh terhadap agama kita.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang
penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai
besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau
tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Maka, ahlul ilmi, (Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah) berkata
ada 5 kriteria teman yang bisa dijadikan teman duduk (di dalam Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36) :
1. Punya Akal Kuat
Dia memikirkan baik-baik segala perkara. Sehingga, ia membawa
kebaikan. Pilihlah teman seperti ini. Jangan cari teman yang dungu, buruk.
Ibnu Hibban rohimahulloh berkata (secara makna),
"Berteman dengan teman yang tidak memiliki akal, seperti
ular yang berbahaya. Hanya sengsara yang didapatkan."
Karena itulah, bertemanlah dengan orang yang berakal sehingga
hidup terarah. Baik di dunia maupun di akhirat. Karena teman seperti ini, akan
mengarahkan, tidak asal berbuat.
2. Akhlaknya Baik
Ibnu Hazm berkata (secara makna),
"Barangsiapa ingin mencari keutamaan, maka jangan berjalan
dengan seseorang, kecuali dengan yang punya solidaritas, kebaikan, jujur, baik
pergaulannya, sabar, suka memenuhi janji, amanah, bepikir sebelum
bertindak."
a. Ketika seseorang punya solidaritas, minimal ia membesarkan
hati kita, jiwa, dan moril. Sehingga kita kuat, karena teman punya solidaritas
dan kepedulian tinggi.
b. Kebaikan. Karena ia berbuat positif, sehingga kita pantas
berteman dengannya.
c. Jujur, tidak kamoflase, tidak khianat.
d. Baik pergaulannya. Sehingga hati kita senang. Paling tidak ia
tenangkan hati kita. Kalau kita lupa, ia ingatkan. Kalau kita lemah, ia
menguatkan.
e. Sabar. Sehingga jika ada masalah, kita tidak panik. Karena ia
menyabarkan.
Berkata Ibnu Hibban dalam Raudhat
al-‘Uqala’ wa nazhat l-Fudlala (secara makna),
al-‘Uqala’ wa nazhat l-Fudlala (secara makna),
"Orang yang berakal, tidaklah ia bersahabat kecuali dengan
yang punya akhlak. Karena bersahabat dengan orang yang bodoh, akan ketularan
bodoh."
Ahlul Ilm berkata, "Dahulu untuk mengetahui seseorang,
dinilai dari jawaban dari soal berikut, 'Dengan siapa engkaj berteman?' Aku akan
beritahu engkau sebenarnya!"
3. Bukan Fasik
Bukan orang yang suka maksiat, kejahatan, dan kriminal. Maka
carilah teman yang sholeh, hidupnya indah, rajin baca qur'an, menuntut ilmu
agama. Jangan berteman dengan para pezina, koruptor, dan fasiq lainnya.
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman,
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru
Robnnya di pagi dan petang hari dengan mengharap keridhaanNya.”
(QS. Al-Kahfi: 28)
(QS. Al-Kahfi: 28)
Kadang kita tidak mau bersahabat dengan yang kere, kegiatanna
hanya di masjid, membaca qur'an, dan menuntut ilmu. Tetapi, justru kita
semestinya bersahabat dengan mereka. Karena mereka adalah murid-murid Nabi
shollallohu alayhi wasallam.
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Dan jangan engkau palingkan pandanganmu dari mereka karena
menginginkan kemewahan dunia, dan jangan menuruti kepada orang yang telah Kami
lalaikan hatinya dari peringatan (ajaran) Kami, dan hanya menuruti hawa
nafsunya, maka semua urusannya sia-sia belaka."
(QS.Alkahfi : ayat 28)
(QS.Alkahfi : ayat 28)
Maka jangan bertemam dengan orang-orang yang lalai karena kita
akan menirunya. Pembicaraanya hanya masalah dunia, parahnya lagi jika masalah
kejahatan.
4. Bukan Ahlul Bid'ah
Jangan berteman dengan mubtadi'. Said bin Jubair berkata,
"Seorang yang merampok, tapi ia masih ikut sunnah (tidak
berbuat bid'ah), itu lebih aku sukai daripada ahli ibadah tapi berbuat
bid'ah."
Bukan berarti kita menjauh dari (ahlul bid'ah), karena di sana
ada kewajiban dakwah.
Mubtadi' (ahlul bid'ah) adalah orang yang ngotot dalam keadaan
dia tahu (itu bid'ah) karena adanya kepentingan. Sudah ada hujjah, tapi ia
memilih menyimpang. Karena tidak semua orang yang melakukan bid'ah adalah ahlul
bid'ah.
5. Yang Tidak Cinta Dunia
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupangan hari
perhitungan."
(QS. Sad: 26)
(QS. Sad: 26)
Berteman dengan orang yang cinta dunia akan menyebabkan
kebinasaan dan kehancuran. Karena kalau kita punya dunia, maka kita akan
bersaing. Kalau tidak punya harta, kita akan ditinggalkan.
Dari Ibnu Asakir, bahwa Ahmad bin Amr berkata,
"Kami pernah keluar mengiringi jenazah. Kemudian guru
(kami) berkata, 'Lihatlah para gerombolan anjing itu, duduk, dan saling
menyayangi!'
Maka tatkala kami pulang dari mengantar jenazah, gerombolan
anjing tadi dilemparkan padanya bangkai. Maka anjing-anjing itu saling
mencakar, berebutan, lainnya melolong. Lantas guru tersebut berkata, 'Kalian
telah melihat bagaimana anjing-anjing itu saling berebut bangkai. Dan bangkai
itu ibarat dunia. Kapan dunia tidak ada, maka kalian bersaudara. Namun, bila
dunia datang, maka kalian akan saling memangsa."
Itulah contoh persahabatan karena dunia. Karena ada
"udang" di balik "bakwan".
Ia (saling memangsa) tidak peduli apakah senasab atau bukan,
bahkan seayah-seibu. Ini semua karena dunia. Maka bertemanlah karena tujuan
akhirat, mencari keridhoan Alloh subhanahu wa ta'ala.
Teman yang tidak cinta dunia, ketika ia kaya dan kamu miskin, ia
tidak menjauhimu, tidak merendahkanmu.
Sebagaimana jika ia miskin dan kamu kaya, ia tidak incar
hartamu. Dan demikianlah para sahabat Rosululloh shollallohu alayhi wasallam.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa tatkala kaum Muhajirin tiba di
Madinah, maka Rasulullah shollallohu alayhi wasallam mempersaudarakan
Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Sa’ad berkata kepada
Abdurrahman, “Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di
kalangan Anshar. Ambillah separoh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai
dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya.
Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia!” Abdurrahman berkata,
“Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Cukup tunjukkan
saja mana pasar kalian?”
Lihatlah ini, kalau ashabuddunnya, es krim saja tidak mau,
apalagi perkebunan. Tapi, Muhajirin bukan mengejar harta Anshor. Bahkan
Abdurrohman bin Auf berkata, "Cukup tunjukkan dimasa pasar kalian?"
Abdurrohman bin Auf rodiyallohu anhu (orang Muhajirin) memang
dikenal sebagai pedagang (pebisnis). Sehingga, ia dapat harta sendiri dari
perdagangannya di pasar Anshor. Dan beliau menikah kalangan Anshor dengan mahar
berupa emas. Maka Rosulululloh shollallohu alayhi wasallam bersabda (secara
makna),
"Potonglahlah seekor kambing untuk acaranya."
Abdurrohman bin Auf punya harga diri dan ini merupakan
percontohan dalam Islam.
Bersambung...Insya Alloh.
--Bontote'ne,
19 Rajab 1435 H