Ustadz Luqman:
Jangan Membalas Celaan Orang yang Mencela Kita
SANGAT menarik apa yang dipaparkan dalam Khutbah al-Ustadz Luqman -hafizhohulloh- pada tanggal 5 September 2014. Beliau mengupas fenomena belakangan ini terkait maraknya saling cela-mencela, yang mana jika pihak satu mencela, maka pihak yang lain ikut membalas. Akhirnya, kondisi semakin semrawutan.
Beliau mengitup sebuah hadits dalam khutbahnya,
"Dari Jabir bin Salim. radhiyallahu'anhu-, Rasulullahu shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
'Apabila seseorang mencaci dan mencelamu dengan aib yang yang ada padamu, jangan engkau balas pula mencelanya dengan aib yang ada padanya, karena dosanya akan dia tanggung.'
(HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Shahihul Musnad 1/144)"
Al-Ustadz Luqman kemudian berpesan,
"Maka janganlah kita saling mencela, yang apabila orang lain mencela kita, maka jangan kita membalasnya. Karena hal itu akan memperparah keadaan."
Masya Alloh!
Pesan yang amat sarat makna. Yang mana kalau kita perhatikan kondisi hari ini, sebagian kaum muslimin malah jauh dari keindahan akhlak. Mereka malah saling berpecah dan saling mencela. Lisan mereka kadang lebih tajam dari lisan orang awam. Bibir mereka lebih lempem, sehingga dengan mudah 'bicara kotor'
Astagfirulloh!
Mari kita menjadi hamba yang terjaga lisannya. Karena dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengabarkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela , suka melaknat, suka berkata keji, dan suka berkata kotor .”
(HR. At-Tirmidzi no.1977, dinyatakan shohih oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Dimana hari ini seorang hamba yang bisa menahan lisannya dari hal-hal yang buruk?
Dimana hari ini hamba yang lisannya jauh dari 'ad hominem' (menyerang pribadi seseorang)?
Olehnya itu, mari kita bersabar atas celaan itu. Insya Alloh ini membuahkan keberkahan. Dan mari kita menyibukkan diri pada perkara yang mestinya kita sibuk dengannya.
Al-Ustadz Luqman menambahkan pada khutbah selanjutnya,
"Maka hendaknya seorang pendidik, ia istiqomah dengan mendidik santri-santrinya. Karena apabila ia telah menunjukkan jalan lurus pada santrinya, itu juga pahala. Tidak usah sibuk dengan santri orang lain. Apalagi ia sibuk dengan fitnah-fitnah yang muncul di luar.
Seorang pekerja, ia pun hendaknya istiqomah dengan pekerjaannya, karena ia telah diamanahkan untuk bekerja. Tidak usah sibuk mengurusi pekerjaan orang lain.
Seorang kepala rumah tangga, hendaknya ia istiqomah mendidik istri dan anak-anaknya. Tidak usah ia menyibukkan diri dengan perkara rumah tangga orang lain. Apalagi membahas fitnah.
Maka mari kita menyibukkan diri pada hal-hal yang bermanfaat. Khususnya pada perkara apa yang menjadi tanggungan kita."
Allohu Akbar!
Karena itulah, mari kita kembali menginsyafi diri kita yang dhoif ini. Sehingga kita sibuk pada hal-hal yang bisa menambah ketakwaan kita kepada Alloh azza wa jalla.
Semoga apa yang sampaikan oleh al-Ustadz Luqman Jamal, Lc. dalam khutbah beliau di Ponpes Tanwirussunnah, Kab. Gowa, ini memberikan faedah kepada kita semua.
Dan semoga Alloh azza wa jalla memberi taufik kepada kita semua....[]
*Khutbah Jum'at Disadur Secara Makna
(Abu Hanin)
12 Dzulqo'dah 1435 H
Jangan Membalas Celaan Orang yang Mencela Kita
SANGAT menarik apa yang dipaparkan dalam Khutbah al-Ustadz Luqman -hafizhohulloh- pada tanggal 5 September 2014. Beliau mengupas fenomena belakangan ini terkait maraknya saling cela-mencela, yang mana jika pihak satu mencela, maka pihak yang lain ikut membalas. Akhirnya, kondisi semakin semrawutan.
Beliau mengitup sebuah hadits dalam khutbahnya,
"Dari Jabir bin Salim. radhiyallahu'anhu-, Rasulullahu shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
'Apabila seseorang mencaci dan mencelamu dengan aib yang yang ada padamu, jangan engkau balas pula mencelanya dengan aib yang ada padanya, karena dosanya akan dia tanggung.'
(HR. Abu Dawud, dinyatakan hasan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Shahihul Musnad 1/144)"
Al-Ustadz Luqman kemudian berpesan,
"Maka janganlah kita saling mencela, yang apabila orang lain mencela kita, maka jangan kita membalasnya. Karena hal itu akan memperparah keadaan."
Masya Alloh!
Pesan yang amat sarat makna. Yang mana kalau kita perhatikan kondisi hari ini, sebagian kaum muslimin malah jauh dari keindahan akhlak. Mereka malah saling berpecah dan saling mencela. Lisan mereka kadang lebih tajam dari lisan orang awam. Bibir mereka lebih lempem, sehingga dengan mudah 'bicara kotor'
Astagfirulloh!
Mari kita menjadi hamba yang terjaga lisannya. Karena dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengabarkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela , suka melaknat, suka berkata keji, dan suka berkata kotor .”
(HR. At-Tirmidzi no.1977, dinyatakan shohih oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Dimana hari ini seorang hamba yang bisa menahan lisannya dari hal-hal yang buruk?
Dimana hari ini hamba yang lisannya jauh dari 'ad hominem' (menyerang pribadi seseorang)?
Olehnya itu, mari kita bersabar atas celaan itu. Insya Alloh ini membuahkan keberkahan. Dan mari kita menyibukkan diri pada perkara yang mestinya kita sibuk dengannya.
Al-Ustadz Luqman menambahkan pada khutbah selanjutnya,
"Maka hendaknya seorang pendidik, ia istiqomah dengan mendidik santri-santrinya. Karena apabila ia telah menunjukkan jalan lurus pada santrinya, itu juga pahala. Tidak usah sibuk dengan santri orang lain. Apalagi ia sibuk dengan fitnah-fitnah yang muncul di luar.
Seorang pekerja, ia pun hendaknya istiqomah dengan pekerjaannya, karena ia telah diamanahkan untuk bekerja. Tidak usah sibuk mengurusi pekerjaan orang lain.
Seorang kepala rumah tangga, hendaknya ia istiqomah mendidik istri dan anak-anaknya. Tidak usah ia menyibukkan diri dengan perkara rumah tangga orang lain. Apalagi membahas fitnah.
Maka mari kita menyibukkan diri pada hal-hal yang bermanfaat. Khususnya pada perkara apa yang menjadi tanggungan kita."
Allohu Akbar!
Karena itulah, mari kita kembali menginsyafi diri kita yang dhoif ini. Sehingga kita sibuk pada hal-hal yang bisa menambah ketakwaan kita kepada Alloh azza wa jalla.
Semoga apa yang sampaikan oleh al-Ustadz Luqman Jamal, Lc. dalam khutbah beliau di Ponpes Tanwirussunnah, Kab. Gowa, ini memberikan faedah kepada kita semua.
Dan semoga Alloh azza wa jalla memberi taufik kepada kita semua....[]
*Khutbah Jum'at Disadur Secara Makna
(Abu Hanin)
12 Dzulqo'dah 1435 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar