Senin, September 08, 2014

Kisah Santri Pendiam

Kisah Santri Pendiam yang Akhirnya Lolos ke Yaman Menuntut Ilmu
ABDURROHMAN Lembut, itulah sapaan yang melekat pada beliau saat mondok di Pesantren As-Sunnah, Makassar. Beliau termasuk pemuda yang giat dan semangat dalam menuntut ilmu.
Ana sendiri yang menjadi saksi beliau saat beliau masih awal-awal dalam belajar. Antusiasnya hadir di majelis ilmu, masya Alloh, tak pernah ketinggalan. Sambil duduk di bangku SMA, ia rajin ikut taklim.
Saat itu, sekitar tahun 2010, di Masjid Darul Falah Minasa Upa, Makassar, al-Ustadz Thoriq sering membuka taklim ba'da shubuh. Abdurrahman yang rumahnya agak jauh dari masjid ini, sebab beliau tinggal di Katangka, senantiasa mengikuti majelis.
Yang menarik perhatian, dan yang menjadi pembeda di antara ikhwa lainnya dengan Abdurrahman saat itu ialah beliau senantiasa mencatat. Ya, menulis.
Selalu saja di bawah sadel motor beliau ini menyisipkan buku khusus taklim dan pena. Subhanalloh!
Inilah yang menyebabkan sosok pendiam ini mendapat perhatian khusus oleh Ustadz Thoriq. Kadang ketika di majelis ilmu, jika Abdurrahman tak hadir, maka ustadz bertanya, "Mana Abdurrahman?"
Beliau senantiasa dicari oleh ustadz karena semangatnya dalam belajar, beliau kerap paling depan jika taklim. Dan juga satu hal yang menarik dari beliau, yakni senantiasa membantu dan menolong ikhwa jika ada kebutuhan.
Ketahuilah, Abdurrahman ini tak segan-segan memberikan pinjaman uang jika ada ikhwa yang sedang membutuhkan dana. Tak segan meminjamkan motornya jika ada ikhwa yang hajatnya mendesak. Tak segan menemani ikhwa pergi ke suatu tempat jika memang mau ditemani. Dan masih banyak lagi keutamaan beliau yang tak sulit disebutkan satu per satu.
Masya Alloh!
Dan ada kisah menarik yang pernah ana alami bersama beliau. Saat itu, tersiar kabar akan diadakan Tabligh Akbar di Jeneponto, Sulsel, terkait fenomena terorisme yang sedang menggurita. Saat itu, pematerinya adalah al-Ustadz Dzulqarnain -hafizhohulloh-. Maka Abdurrohman ini, yang kadang ana panggil adik, menelpon ana,
"Kak, mau ki' besok pergi tabligh akbar di Jeneponto?"
"Insya Alloh, dek!" jawab ana.
"Kalau begitu, besok saya jemput ki' di'!" tambah beliau.
Demikianlah kira-kira dialog si HP saat itu. Maka esok harinya kami berangkat dari Makassar - Jeneponto, kurang lebih 3 jam di atas kendaraan motor.
Masya Alloh. Beliau sangat semangat mengajak seseorang pada jalan kebaikan. Inilah salah satu memori yang ana ingat bersama Abdurrahman.
Setelah selesai SMA, beliau kuliah di Universitas Negeri Makassar (UNM), Jurusan Pendidikan Komputer.
Beberapa tahun kemudian, ana putus kontak dengannya karena ada kesibukan. Lalu, ana sempatkan untuk menghubunginya, ternyata ia -alhamdulillah- mondok di Pesantren as-Sunnah, Makaasar. Dan ia memutuskan untuk berhenti kuliah. Pilihan yang berani.
Saat itulah, ketika ana datang ke Pondok As-Sunnah, mencoba untuk menanyakan ihwal Abdurrahman. Ana bertanya pada salah seorang ikhwa,
"Assalamu alaykum. Mana Abdurrohman, Akhi?"
"Wa alaykum salam. Abdurrohman mana, Akhi? Di sini banyak yang bernama Abdurrohman!" jelas ikhwa tersebut.
"Yang pendiam!" ana beri klu.
"Oh. Abdurrohman Lembut. Itu ada di dalam masjid, Akhi." jawab sang ikhwa.
Saat itu ana senyum. Karena sudah ada peralihan nama beliau, dari Abdurrohman menjadi Abdurrohman Lembut. Masya Alloh. Ana lalu lekas ke dalam masjid. Allohu akbar. Beliau lagi-lagi mencatat dars.
Terakhir, kabar menggembirakan dari Abdurrohman, ialah beliau sudah di Yaman. Menuntut ilmu kepada para masyaikh.
Kabar terakhir dari al-Ustadz Musaddad -hafizhohulloh, Akh Abdurrouman sekarang belajar kepada Syaikh Ahmad bin Tsabit al-Wushoby -hafizhohulloh-, Ma’had Darul Hadits Dhamar, Yaman.
Allohu akbar!
Semoga apa yang beliau pelajari dari para masyaikh hari ini, bermanfaat nantinya bagi kaum muslimin.
***
Mutiara Kisah:
1. Mengenal sosok Abdurrahman Lembut.
2. Penuntut ilmu harus semangat.
3. Senantiasa mencatat saat taklim.
4. Duduk paling depan saat taklim.
5. Keutamaan membantu kaum muslimin.
6. Mengutamakan ilmu agama.
7. Keutamaan belajar kepada para ulama.
8. Rezki penuntut ilmu datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
9. Cita-cita penuntut ilmu harus tinggi.
10. Guru hendaknya perhatian jika muridnya tak hadir.
Semoga Alloh azza wa jalla memberi taufik kepada kita semua....[]
(Abu Hanin)
13 Dzulqa'dah 1435 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar