Abu Muhammad Bertanya pada Anak-Anaknya, "Apa yang Kalian Bahas, Nak? Masalah Masa Depan atau Masa Lalu?"
SUATU saat Abu Muhammad, yang merupakan seorang guru di sebuah pondok pesantren mendatangi murid-muridnya yang sedang berkumpul di sebuah saung.
Setelah memberi salam dan murid-muridnya menjawab, Abu Muhammad bertanya,
"Apa yang kalian bahas, Nak? Masalah masa depan atau masa lalu?"
"Masalah masa depan, Ustadz!" jawab para santri.
"Oh... Ustadz kira membahas masa lalu.karena jika masa lalu yang dibahas akan melahirkan rasa galau tapi kalau masa depan yang dibahas, ini baru bagus!"
Akhirnya, sang ustadz bersatu dengan mereka, saling membicarakan masalah masa depan, sang ustadz membesarkan hati mereka agar mengejar impian, dan mendidik mereka agar memahami tauhid saat itu.
Saat itu, para santri sangat antusias mendengarkan paparan ustadznya, diantara mereka ada yang bertanya dan diantara mereka ada yang curhat.Suasana malam itu sangat cair, bersahabat, sehingga momentum saat itu bagaikan sahabat dengan Sahabat.tak ada diskriminasi.
Subhanalloh.
Mari kita belajar dari kisah ini, buat para pendidik, baik guru maupun orang tua agar bersemangat terhadap pembenahan akhlak, ilmu, tauhid, anak-anak kita. Bergabunglah bersama mereka, masuki dunianya agar mereka merasa diperlukan.
Jangan memberi sekat, sehingga masing-masing sibuk dengan dunia sendiri. Ketahuilah, kelak kita akan tua dan anak-anak beranjak dewasa, sehingga mereka layak kita harapkan untuk memperjuangkan agama islam ini. Maka, ambil andillah dalam proses pendewasaan mereka.
Lihatlah pendidikan Abu ‘Ashim kepada anaknya, di saat beliau bercerita,
“Saya pergi bersama anak saya yang berumur kurang dari 3 tahun kepada Ibnu Juraji supaya beliau menceritakan kepada anak saya ini tentang hadits dan al-Qur’an.”
Beliau berkata lagi, “Tidak mengapa anak seumur itu untuk diajari al Qur’an dan al- Hadits.”
(Lihat Manhaj at-Tarbiyah an Nabawiyah lil ath-Thifli hal. 113)
Masya Alloh!
Inilah contoh pendidikan para salafiyyun dalam mendidik anak-anak mereka.
Dan sebuah keutamaan yang amat besar bagi para guru atau orangtua apabila bisa menunjukkan jalan kebenaran pada anak-anaknya, Rosululloh shollallohu alayhi wasalam bersabda,
“Demi Alloh, bahwa petunjuk yang diberikan Alloh kepada seseorang melalui kamu lebih baik bagimu dari pada unta merah (kekayaan yang banyak).”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dan juga merupakan kabar gembira bagi guru dan para orang tua, sabda Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam berikut ini,
“Jika seseorang mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.”
(HR. Muslim)
Olehnya itu, mari kita belajar dari kisah Abu Muhammad ini, ditengah waktu istirahatnya beliau menyempatkan mendidik generasi Islam.
Semoga Alloh memberi taufik kepada kita semua...
SUATU saat Abu Muhammad, yang merupakan seorang guru di sebuah pondok pesantren mendatangi murid-muridnya yang sedang berkumpul di sebuah saung.
Setelah memberi salam dan murid-muridnya menjawab, Abu Muhammad bertanya,
"Apa yang kalian bahas, Nak? Masalah masa depan atau masa lalu?"
"Masalah masa depan, Ustadz!" jawab para santri.
"Oh... Ustadz kira membahas masa lalu.karena jika masa lalu yang dibahas akan melahirkan rasa galau tapi kalau masa depan yang dibahas, ini baru bagus!"
Akhirnya, sang ustadz bersatu dengan mereka, saling membicarakan masalah masa depan, sang ustadz membesarkan hati mereka agar mengejar impian, dan mendidik mereka agar memahami tauhid saat itu.
Saat itu, para santri sangat antusias mendengarkan paparan ustadznya, diantara mereka ada yang bertanya dan diantara mereka ada yang curhat.Suasana malam itu sangat cair, bersahabat, sehingga momentum saat itu bagaikan sahabat dengan Sahabat.tak ada diskriminasi.
Subhanalloh.
Mari kita belajar dari kisah ini, buat para pendidik, baik guru maupun orang tua agar bersemangat terhadap pembenahan akhlak, ilmu, tauhid, anak-anak kita. Bergabunglah bersama mereka, masuki dunianya agar mereka merasa diperlukan.
Jangan memberi sekat, sehingga masing-masing sibuk dengan dunia sendiri. Ketahuilah, kelak kita akan tua dan anak-anak beranjak dewasa, sehingga mereka layak kita harapkan untuk memperjuangkan agama islam ini. Maka, ambil andillah dalam proses pendewasaan mereka.
Lihatlah pendidikan Abu ‘Ashim kepada anaknya, di saat beliau bercerita,
“Saya pergi bersama anak saya yang berumur kurang dari 3 tahun kepada Ibnu Juraji supaya beliau menceritakan kepada anak saya ini tentang hadits dan al-Qur’an.”
Beliau berkata lagi, “Tidak mengapa anak seumur itu untuk diajari al Qur’an dan al- Hadits.”
(Lihat Manhaj at-Tarbiyah an Nabawiyah lil ath-Thifli hal. 113)
Masya Alloh!
Inilah contoh pendidikan para salafiyyun dalam mendidik anak-anak mereka.
Dan sebuah keutamaan yang amat besar bagi para guru atau orangtua apabila bisa menunjukkan jalan kebenaran pada anak-anaknya, Rosululloh shollallohu alayhi wasalam bersabda,
“Demi Alloh, bahwa petunjuk yang diberikan Alloh kepada seseorang melalui kamu lebih baik bagimu dari pada unta merah (kekayaan yang banyak).”
(HR.Bukhari dan Muslim)
Dan juga merupakan kabar gembira bagi guru dan para orang tua, sabda Rasululloh Shallallahu'alaihi wasallam berikut ini,
“Jika seseorang mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya.”
(HR. Muslim)
Olehnya itu, mari kita belajar dari kisah Abu Muhammad ini, ditengah waktu istirahatnya beliau menyempatkan mendidik generasi Islam.
Semoga Alloh memberi taufik kepada kita semua...
Masa depan perlu diperjuangkan http://digiworld55.blospot.com/
BalasHapus