Kamis, Juli 10, 2014

Kisah Tragis Seorang Istri


Kisah Tragis Seorang Istri yang Memaksa Suaminya Mencari Rezki yang Banyak
IMAM Hasan al-Bashri rohimahulloh berkata,
"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak membeli dari orang semacam itu, lalu akupun membeli dari pedagang lain."
Dua tahun setelah itu, aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.
Lalu aku tanya kepadanya, "Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?"
Ia menjawab : "Iya, benar!"
Aku bertanya lagi, "Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!"
Ia pun bercerita, "Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizqi, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizqi yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata,
'Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rizqi, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal kain."
[Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul 'Ilm (5/252) karya Abu Bakr Ahmad Bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al Qodhi al-Maliki. Penerbit: Jum'iyyah at-Tarbiyyah]
Masya Alloh!
Kisah yang amat sarat dengan pelajaran, pendidikan, dan keteladanan. Dimana masa sekarang, kita jarang melihat keluarga yang saling menguatkan dalam hal nafkah.
Dimana hari ini istri-istri yang tidak rakus dunia?
Dimana hari ini istri-istri yang qonaah terhadap ketetapan rezki yang Alloh tetapkan pada suaminya?
Dimana hari ini istri-istri yang tidak banyak menunutut banyak pada suaminya?
Sungguh, amat tragis kita melihat fenomena sebagian keluarga kaum muslimin di masa sekarang. Mereka menganggap kebahagiaan dalam rumah tangga berawal dari makanan yang enak, perabot yang mewah, profesi suami yang menjanjikan, dan berbagai alasan lainnya. Dan mereka lupa bahwa kebagiaan hakiki adalah qonaah.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya.”
(HR. Muslim No. 1054)
Maka di sinilah pentingnya kita kembali pada petunjuk agama, bagaimana Islam menunjukkan makna-makna sebuah kebahagiaan dan keberuntungan.
Semoga tak ada lagi istri yang berkata pada suaminya,
"Sedikit sekali penghasilanmu!"
"Penghasilan apa ini? Hanya Rp 25.000/hari? Kerja keras dong!"
"Suami apa kamu ini, gajinya tidak cukup!"
"Lembur terus dong kalau bekerja! Supaya kamu dapat bonus terus, sehingga kita kaya!"
"Minta tambahan dong sama orangtua kamu, agar kita tidak miskin!"
Nas alulloha salamah wal afiayah.

Semoga Alloh subhanau wa ta'ala menjauhkan kita dari pasangan hidup yang tidak pandai bersyukur....[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar